Test Footer

Belom kepikiran mau dikasih judul apa

Apa lagi mau ditulis apa,.kami juga masih bingung ^^

Belom kepikiran mau dikasih judul apa

Apa lagi mau ditulis apa,.kami juga masih bingung ^^

Belom kepikiran mau dikasih judul apa

Apa lagi mau ditulis apa,.kami juga masih bingung ^^

Belom kepikiran mau dikasih judul apa

Apa lagi mau ditulis apa,.kami juga masih bingung ^^

Belom kepikiran mau dikasih judul apa

Kebanyakan slide mungkin ya?? -_-

Total Tayangan Halaman

Kamis, 28 Februari 2013

Memahami Piksel dan Resolusi


Dalam artikel ini, kita akan mencoba memahami apa itu piksel, megapiksel dan resolusi foto digital. Dan apakah megapiksel adalah faktor penting dalam menentukan kamera mana yang sebaiknya anda beli?

Piksel dan Megapiksel

Sebuah foto digital tersusun atas jutaan titik kecil bernama piksel (pixel). Pixel sendiri adalah kata yang berasal dari singkatan Picture Elements. Masing-masing piksel membawa informasi yang menentukan warna (hue), kekuatan warna tersebut (saturation) dan seberapa terang warna tersebut ditampilkan (brightness).
Karena hampir semua foto terdiri dari jutaan piksel (1 megapiksel = 1 juta piksel), maka mata telanjang kita hampir tidak bisa mengenali lagi sebuah piksel secara terpisah, yang terlihat adalah satu kesatuan utuh foto dengan gradasi halus antara terang-gelap, pergeseran warna dan tone.
Kalau mau melihat sebuah piksel, sesekali cobalah resize resolusi foto karena . Seperti foto dibawah ini, foto ini memiliki ukuran resolusi 600×450 piksel. Diukuran yang lumayan kecil seperti ini kita masih belum bisa melihat sebuah piksel, semua tampak halus dan mulus.Piksel megapiksel resolusi 1
Namun dengan mengubah resolusi menjadi 100×75 piksel, kita mulai bisa melihat bagaimana piksel menyusun foto:
Piksel megapiksel resolusi 2
Apalagi dengan resolusi rendah 40×30 piksel, masing-masing kotak piksel akan mulai terlihat seperti susunan puzzle. Kita bisa melihat piksel demi pikselnya – fenomena ini biasa disebut pixelate:
Piksel megapiksel resolusi 3

Resolusi Foto Untuk Print dan Layar Monitor

Resolusi sebuah gambar digital diukur dalam pixel per inch (ppi – piksel per inchi), dan resolusi standar untuk kualitas foto adalah 300 ppi. Jadi kalau kita tahu berapa megapiksel yang dimiliki sebuah kamera digital, kita bisa mengetahui ukuran print yang optimal untuk foto yang dihasilkan kamera tersebut.
Sebagai contoh, kita asumsikan sebuah kamera digital yang memiliki resolusi 6 Megapiksel (MP) dengan ukuran tepatnya adalah 2816 piksel (panjang) x 2112 piksel (lebar) – sehingga totalnya menjadi 6 MP. Untuk menghitung ukuran print optimum yang bisa dihasilkan kamera kita bagi 2816 x 2112 piksel dengan 300 ppi dan hasilnya adalah 9,5 dan 7 inchi. Jadi sebuah kamera digital dengan resolusi 6MP bisa menghasilkan print foto dengan ukuran 9,5 x 7 inchi atau 24 x 18 cm.
Untuk layar monitor, standar yang dipakai adalah 72ppi (Windows) dan 96ppi (Mac), jadi tampilah di layar monitor sebenarnya kalah jauh dibandingkan dengan resolusi standar untuk print (300 ppi). Artinya adalah, sebuah foto yang yang masih tampak bagus di monitor belum tentu bagus saat di print, namun sebuah foto yang mulai kelihatan pixelate saat di print di 300 ppi bisa jadi masih tampak halus di monitor komputer.

Tabel Megapiksel vs Ukuran Print Sebuah Foto

Dibawah ini adalah contoh tabel seberapa optimum kemampuan kamera anda menghasilkan sebuah foto yang di print pada 300 ppi atau 200 ppi. Secara umum, rata-rata kamera digital sekarang (yang mulai mendekati angka 24 megapiksel sebagai resolusi standar), memiliki kemampuan print  jauh lebih besar dibanding rata-rata kebutuhan pemakainya. Kecuali kalau kita memang ingin membuat poster ukuran raksasa yang di set di 200 ppi, kamera kita jarang sekali dipakai sesuai kemampuannya menghasilkan print foto, apalagi biasanya kita hanya memelototi sebuah foto di layar komputer.  Ukuran megapiksel sebuah kamera bukanlah faktor  terpenting saat anda ingin membeli sebuah kamera.
KameraUkuran Print (300 ppi)Ukuran Print (200 ppi)
6 Megapiksel24 x 18 cm (9,5 x 7 in)36 x 27cm (14 x 10,5 in)
7 Megapiksel25 x 19 cm (10 x 7,5 in)39 x 29cm (15,5 x 11,5 in)
8 Megapiksel28 x 20 cm (11 x 8 in)42 x 30 cm (16,5 x 12 in)
10 Megapiksel33 x 20 cm (13 x 8,5 in)49 x 33 cm (19,5 13 in)
12 Megapiksel37 x 24 cm (14,5 9,5 in)55 x 36 cm ( 21,5 x 14 in)

Tips Foto Starburst Malam Hari


lite-bright
  1. Gunakan Tripod – Memotret malam hari dengan angka f yang besar, misal foto diatas dengan f/18, membuat shutter speed akan sangat lama, bfoto diatas 25 detikkenapa?. Jadi pastikan anda memakai tripod agar hasil foto tidak seperti lukisan grafiti.
  2. Perhatikan setting kamera – Untuk jenis foto seperti ini, gunakan angka f yang besar: f/11 atau lebih besar. Set ISO di angka yang rendah, dibawah 400, karena kita akan memotret long exposure. Anda bisa menggunakan mode manual maupun aperture priority, yang jelas perhatikan angka metering kamera. Untuk pemotretan malam hari seperti ada kecenderungan hasil akan over exposure (terlalu terang), jadi pakai exposure compensation angkanya bervariasi tergantung dari lingkungan sekitar, coba pakai under 1 stop sebagai awal dan sesuaikan setelahnya.
  3. Setting Fokus – Dengan angka aperture besar, kita tidak akan terlalu pusing memikirkan fokus, namun kalau mau aman ambil titik fokus secara manual, atau set diinfinity.
  4. Manfaatkan highlight alert kamera – anda tahu kan? itu lho peringatan bling-blingyang muncul di LCD saat kita memotret subyek yang terang.
  5. Mulai Memotret – dan jangan malas mengulang dan mengubah setting kalau hasilnya belum sesuai keinginan.
Oke selamat mencoba.
http://belajarfotografi.com/foto-starburst-malam-lampu-lidah-berpendar-bintang/

Tips Foto Efek Starburst


Purple Clouds ????
Membuat sumber cahaya malam hari tampak berpendar seperti bintang membuat foto malam kita tampak lebih keren. Efek ini biasanya disebut efek starburst. Untuk membuat starburst, hal mendasar yang harus kita pahami adalah membuat bukaan lensa sekecil mungkin, artinya kita sebaiknya menggunakan angka aperture yang besar (f/11 s.d f/22) dan sebaiknya memanfaatkan lensa yang memiliki focal length lebih pendek.
Kenapa harus seperti itu? well, penjelasannya akan panjang. Singkatnya adalah secara fisika cahaya akan mengalami difraksi (penyebaran) saat melewati lubang sempit (hmm sempit…). Sifat penyebaran cahaya inilah yang membuat sumber cahaya (lampu, bulan, matahari) akan terlihat berpendar dan memiliki lidah, jumlah lidah akan bergantung pada jumlah bilah (blade) aperture dalam lensa anda, lihat spek lensa yang anda miliki, pasti akan ada tertulis “aperture blade”. Sementara untuk menjawab kenapa sebaiknya memilih angka f yang besar dan focal length yang lebih pendek. Kalau masih belum jelas, silahkan lihat gambar berikut ini:
Starburst lampu malam
Gambar diatas menunjukkan, semakin kecil bukaan (angka f semakin besar), lidah cahaya akan semakin maksimal. Sementara di angka f yang kecil, sumber cahaya tampak tanpa burst sama sekali.

Agama Islam bagi Seluruh Umat Manusia


Perintah Allah dalam ayat ini “Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”, ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah,

Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada menge-tahui. [QS. Saba’ (34): 28]

Oleh karena itulah siapa saja yang sudah mendengar dakwah agama Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad , yang membawa kitab suci Al-Qur’an, kemudian tidak beriman, tidak percaya dan tidak tunduk, maka dia adalah orang kafir dan di akhirat menjadi penghuni neraka, kekal selamanya.
Allah Ta’ala berfirman,

Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu sekutunya yang kafir kepada al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap al-Qur’an itu. Sesungguhnya (al-Qur’an) itu benar-benar dari Robbmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. [QS. Hud (11): 17]

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tanganNya, tidaklah seorangpun di kalangan umat ini, Yahudi atau Nashrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati, dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengan-nya, kecuali dia termasuk para peng-huni neraka. [Hadits Shohih Riwayat Muslim, no: 153, dari Abu Huroiroh]

Nabi Terdahulu Diutus Khusus Untuk Kaumnya


Adapun seluruh Nabi sebelum Nabi Muhammad , maka mereka semua diutus khusus kepada umatnya masing-masing. Perkara ini merupakan perkara yang telah pasti di dalam agama Islam, sebagaimana disebutkan di dalam hadits di bawah ini,
 
Dari Jabir bin Abdulloh, bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Aku diberi (oleh Allah) lima perkara, yang itu semua tidak diberikan kepada seorang-pun sebelumku.
Aku ditolong (oleh Allah) dengan kegentaran (musuh sebelum kedata-nganku) sejauh perjalanan sebulan;
Bumi (tanah) dijadikan untukku sebagai masjid (tempat sholat) dan alat bersuci (untuk tayammum-pen). Maka siapa saja dari umatku yang (waktu) sholat menemuinya, hendaklah dia sholat.
Ghonimah (harta rampasan perang) dihalalkan untukku, dan itu tidaklah halal untuk seorangpun sebelumku.
Aku diberi syafa’at (oleh Allah).
Dan Nabi-Nabi dahulu (sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia semuanya.
[Hadits Shohih Riwayat Bukhori, no: 335]

Di zaman ini banyak orang-orang Kristen menyebarkan agama mereka ke berbagai pelosok dunia. Mereka menisbatkan agama mereka kepada Nabi Isa bin Maryam , yang mereka menyebutnya dengan Yesus. Padahal Nabi Isa bin Maryam hanya diutus kepada Bani Isroil. Allah Ta’ala berfirman,
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurot dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala Rosul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. [QS. Ash-Shoff (61): 6]

Kesaksian Ayat-ayat Bibel


Dan ternyata kita masih memperoleh di antara ayat ayat Bibel (Kitab yang dianggap suci oleh orang orang Nasroni) menjelaskan dengan tegas bahwa Nabi Isa (yang mereka sebut Yesus) hanya diutus kepada Bani Isroil saja. Marilah kita perhatikan ayat ayat di dalam kitab mereka:

1. Disebutkan di dalam Bibel: “Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil”. (Matius 15: 24)
2. Disebutkan di dalam Bibel: “Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil”. (Matius 10: 6)

Meskipun ayat ayat Bibel di atas begitu jelas menyatakan bahwa ajaran Kristen hanya untuk Bani Israil, tapi pengikut pengikut Kristen begitu giat menyebarkan agamanya kepada semua bangsa, termasuk di Indonesia. Bahkan sampai ke berbagai pelosok yang tidak ada orang Bani Israil di sana! Maka apakah manfaat bangsa selain Bani Israel yang mengikuti agama Kristen, yang pembawa agama itu sudah menegaskan bahwa agamanya hanya untuk umat Israil?!

Atau mungkin mereka berpegang ayat lain pada kitab mereka yang memerintahkan untuk menyebarkan agama Kristen kepada seluruh bangsa. Ayat itu berbunyi: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptiskan mereka dalam nama Bapa dan anak dan Roh Kudus”. (Matius 28:19)

Ini berarti ayat ini bertentangan dengan ayat ayat di atasnya! Maka manakah yang benar? Yang pasti bahwa tidak ada jaminan kebenaran terhadap semua isi kitab Bibel, bahkan bukti-bukti menunjukkan banyak ayat yang dipalsukan.
Maha benar Allah Ta’ala yang telah berfirman di dalam kitab suci Al-Qur’an,
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka (Ahli Kitab) mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? [QS. Al-Baqoroh (2): 75]

Dan Allah mengancam dengan keras terhadap orang orang yang mengada adakan kedustaan terhadap Allah dengan firmanNya,

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit (yakni kesenangan duniawi) dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang telah mereka tulis dengan tangan-tangan mereka, dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan. [QS. Al-Baqoroh (2): 79]

Semoga Allah selalu menetapkan kita di atas jalan yang lurus.
(Penulis: Ustadz Muslim Atsari - Artikel www.muslim.or.id)

Shalat Dhuha


Dari Abu Hurairah berkata,

أَوْصَانِي خَلِيْلِي بِثَلاثٍ: صِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَي الضُحَى وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

Kekasihku Muhammad saw mewasiatkan tiga perkara kepadaku; agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan, melaksanakan shalat Dhuha dua rakaat dan melaksanakan sgalat witir sebelum tidur.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Imam Muslim meriwayatkan bahwa wasiat yang sama diberikan oleh Nabi saw kepada Abu ad-Darda`.

Nabi saw menamakan shalat ini dengan shalat Awwabin yang berarti orang-orang yang kembali kepada Allah dengan taubat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Zaid bin Arqam.

Rakaat Dhuha

Dalam hadits Abu Hurairah di atas disebutkan dua rakaat, sementara dalam hadits Uqbah bin Amir yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani disebutkan empat rakaat.

Dalam hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwa Nabi saw melakukannya empat rakaat, sedangkan dalam hadits Ummu Hani` yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi saw melaksanakannya delapan rakaat. Jadi Shalat Dhuha dikerjakan bisa 2,4,8,12 rakaat dan dilakukan per 2 rakaat.

Niat Shalat Dhuha.

Ushalli sunnatal Dhuha rak ataini lillahi Ta aalla
aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah

Bagaimana memahami hadits-hadits di atas dengan hadits Aisyah yang berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah saw melakukan shalat Dhuha namun aku melakukannya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Aisyah ditanya, “Apakah Rasulullah saw shalat Dhuha?” Dia menjawab, “Tidak kecuali jika beliau pulang dari perjalanan.” Diriwayatkan oleh Muslim. 

Rasulullah saw tidak terus-menerus melakukan shalat Dhuha karena beliau khawatir bila ia diwajibkan sehingga umatnya tidak sanggup, terkadang beliau melakukan dan terkadang meninggalkan. Apa yang dikatakan Aisyah bahwa Nabi saw tidak melaksanakan terjadi ketika Nabi saw tidak melaksanakannya, sementara apa yang dikatakan oleh Aisyah bahwa Nabi saw melaksanakannya terjadi ketika Nabi saw melaksanakannya. Wallahu a’lam.
Sumber:www.alsofwah.or.id dan berbagai sumber

Muslimah Cantik bermahkotakan Malu


Ketika kita menyadari fitrah kita tercipta sebagai wanita, mahkluk terindah di dunia ini, kemudian Allah mengkaruniakan hidayah pada kita, maka inilah hal yang paling indah dalam hidup wanita. Namun sayang, banyak sebagian dari kita—kaum wanita—yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,


الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)
Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.
Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.
Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.
Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…
Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128) Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/191)
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah radhiyyallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,

إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه
“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” (disebutkan dalam Ghoyatul Marom (198). Syaikh Al Albani mengatakan, “Aku belum meneliti ulang sanadnya”)
Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)
Wahai, muslimah…
Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.
Wahai saudariku muslimah…
Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…
Jogja, Jumadil Ula 1431 H
Penulis: Ummu Hasan ‘Abdillah
Muroja’ah: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
Referensi:
Yaa Binti; Ali Ath-Thanthawi
Al Hijab; I’dad Darul Qasim
Sumber: muslimah.or.id

Aurat Muslimah dalam Interaksi


Muslimah adalah salah satu makhluk Allah yang paling istimewa. Kenapa? Karena banyak kekhususan (spesialisasi) yang diberikan kepadanya dan tidak diberikan kepada laki-laki. Di antaranya, muslimah diberikan keistimewaan untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Bahkan, secara khusus, dalam Alquran terdapat satu surah yang bernama An-Nisaa`, yang bermakna para muslimah. Surah ini terdiri atas 176 ayat dan masuk dalam kategori surah Madaniyyah, yang diturunkan di Madinah. Surah ini merupakan yang terpanjang dalam kategori Madaniyah sesudah surah Al-Baqarah.


Dinamakan surah An-Nisaa` karena di dalamnya banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan muslimah dibandingkan surah-surah lainnya.

muslimah adalah makhluk yang paling indah dan menarik, seperti perhiasan. Karena itu, banyak orang yang senantiasa menyukai dan menyenanginya.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW menyatakan, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang salehah." (HR Muslim). Karena itulah, muslimah selalu banyak menarik perhatian terutama lawan jenisnya (laki-laki).

Dalam hal demikian, agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa bergaul dengan baik, namun tetap menjaga etika, adab, dan moralnya, termasuk dalam hal berpakaian untuk menutupi auratnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai kitab Fikih, aurat wanita adalah seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan. Dalam sebuah hadis hasan sahih yang diriwayatkan Tirmidzi, dikatakan, sesungguhnya seluruh tubuh muslimah adalah aurat. ''muslimah itu adalah aurat.''

Berkaitan dengan hal ini, kapankah seluruh tubuh wanita kecuali muka dan dua telapak tangan menjadi bukan aurat, terutama saat berinteraksi sosial dengan orang lain? Padahal, dalam kehidupan dunia modern saat ini, sangat sulit menghindari pertemuan antara laki-laki dan muslimah. Bahkan, tak jarang keduanya saling membutuhkan untuk kerjasama dalam banyak bidang.

Menurut Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i (150-204 H), batas aurat muslimah adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan dua telapak tangan. Mayoritas ulama juga menyepakatinya.

Lalu sampai batas mana, khususnya bagi muslimah untuk diperkenankan atau diperbolehkan membuka auratnya? Apakah saat sendirian, di hadapan suaminya, anggota keluarganya, atau lainnya?

Melihat diri sendiri
Dalam hal melihat dirinya sendiri, Imam Hanafi dan Hanbali menyatakan, orang yang sudah mukallaf --sudah terkena kewajiban mendirikan shalat dan ibadah fardhu lainnya atau dewasa--tidak boleh membuka auratnya di samping orang yang tidak dihalalkan untuk melihatnya. Begitu juga kalau sendiri, kecuali karena darurat seperti buang air besar atau kecil atau mandi.

Imam Syafi'i dan Maliki menyatakan, melihat aurat sendiri tidak haram, tetapi hukumnya makruh, kecuali dalam keadaan darurat sehingga diperbolehkan.

Bersama Muhrim
Ulama mazhab berbeda pendapat tentang anggota badan yang wajib ditutupi dari pandangan muhrimnya yang laki-laki selain suaminya. Sedangkan sesama muslimah yang merupakan familinya, masih diperbolehkankan, namun masih dalam batas kewajaran sebagaimana surah An-Nuur ayat 31.

Menurut Hanafi dan Syafi'i, bila berada di hadapan muhrimnya, mereka diwajibkan menutupi aurat antara pusar dan lutut. Sedangkan Maliki dan Hambali menyatakan, bila dihadapan sesama muslimah wajib ditutupi antara pusar dan lutut sedagkan di hadapan muhrimnya yang laki-laki adalah seluruh badannya kecuali bagian yang ujung-ujungnya seperti kepala dan dua tangan.

Di hadapan Laki-laki lain
Seorang muslimah, apabila berada di hadapan laki-laki lain selain suami dan anggota muhrimnya, maka ia wajib menutup seluruh badannya. Dan para ulama telah menyepakati hal ini. Mereka berpandangan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Tirmidzi, bahwa muslimah itu adalah aurat.

Dan bila berada di hadapan laki-laki yang bukan muhrimnya ini, maka anggota badan yang boleh terlihat hanyalah muka dan dua telapak tangan. ''Dan janganlah mereka (para wanita) menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak, dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya hingga ke dadanya.'' (QS An-Nuur: 31).

Pandangan ini berlaku dalam setiap kesempatan, baik di rumah, bertetangga, maupun saat berinteraksi sosial dengan masyarakat umum.

Dr Yusuf al-Qaradhawi, menyatakan, Islam tidak melarang hubungan laki-laki dan muslimah. Namun demikian, kata dia, Islam mengajarkan etika dan adab yang harus dipatuhi dalam pergaulan tersebut, yakni bagi seorang muslimah hendaknya menutup auratnya dan memakai pakaian yang sopan, yakni longgar dan tertutup (tidak menampakkan anggota tubuh).

Sementara itu, Abdul Halim Abu Syuqqah, menyatakan muslimahdiperbolehkan berinteraksi sosial namun mereka memiliki kewajiban untuk mematuhi adab, etika, dan moral, dalam pergaulan. Adab pergaulan itu antara lain, menutupi auratnya kecuali wajah, tangan, dan kaki; sederhana dalam berpakaian; menggunakan pakaian yang longgar dan tidak transparan; berbeda dengan pakaian laki-laki; dan berbeda dengan wanita non-Muslim. Waallahua'lam.